MAKALAH
PENILAIAN
TERNAK UNGGAS
“KARAKTERISTIK
DAN JENIS-JENIS BURUNG PUYUH UNGGUL”
Nama NIM
1. Reyzan Agatha D1E012084
2.
Desi Angunsari D1E012032
3.
Eni Nur’aeni D1E012068
4.
Surya Fajar Sidik D1E012010
5.
Yumina Adnin D1E012122
6.
Merita D1E012251
7.
Reyhan Rashif D1E012212
8.
Nuraini D1E012338
9.
Rayudika APP D1F013016
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PETERNAKAN
PURWOKERTO
2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.I
LATAR BELAKANG
Burung Puyuh merupakan hewan
peralihan yang semula bersifat liar kemudian diadaptasikan menjadi hewan yang
dapat diternakkan. Oleh karena itu,banyak permasalahan yang dihadapi para
peternak yang masih baru. Jika peternaktelah menguasai seluk-beluk burung puyuh,
setiap permasalahan tentu akan mudah diatasi.
Pemeliharaan burung puyuh (quail)
pada mulanya kurang mendapat perhatian dari para peternak. Tetapi sejak
pemerintah merencanakan burung puyuh sebagai salah satu alternatif untuk
peningkatan penyediaan protein hewani untuk masyarakat, barulah burung puyuh
mulai terangkat namanya. Peternakpun mulai bergairah untuk mengembangkan ternak
ini.
Meningkatnya jumlah penduduk yang
menyebabkantingginya angka pengangguran menjadikan burung puyuh sebagai salah
satu alternatif usaha yang dinilai cukup menguntungkan karena dalam pemeliharaannya
tidak dibutuhkan areal yang luas dan pengembalian modalnya relatif cepat
dikarenakan burung puyuh dapat mencapai dewasa kelamin sekitar umur 42 hari
dengan produksi telur antara 250-300 butir per tahun.
Berdasarkan latar belakang di atas
maka perlu di lakukan penilaian terhadap ternak unggas, khususnya burung puyuh.
Sehingga setelah dilakukan penilaian terhadap burung puyuh tersebut, dapat
diketahui bagaimana ciri-ciri ataupun karakteristik dari ternak unggas yang
unggul. Dengan demikian, produksi telur
akan meningkat jika mengetahui dan meningkatkan burung puyuh yang unggul.
1.2
Tujuan
a) Mengetahui
karekteristik dari puyuh yang unggul.
b) Mengetahui jenis-jenis burung puyuh unggul.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Puyuh merupakan salah satu komoditi
unggas sebagai penghasil telur dan daging yang mendukung ketersediaan protein
hewani yang murah serta mudah didapat.
Secara ilmiah puyuh dikenal dengan nama Coturnix-coturnix japonica berbeda
dengan nama yang umumnya digunakan yaitu Coturnix coturnix . C.
japonica pada awalnya disebut burung jepang liar yang ditemukan pada abad
ke-delapan di Jepang. Burung puyuh tipe liar memiliki bulu dengan warna dominan
coklat cinnamon dan gelap. Akan tetapi, puyuh betina dewasa memiliki bulu
dengan warna yang pucat dengan bintik bintik gelap. Berbeda dengan puyuh
betina, puyuh jantan dewasa memiliki warna bulu yang gelap dan seragam pada
bagian dada dan pipi (Vali, 2008).
Puyuh merupakan ternak berdarah
panas. Woodard et al. (1973) menyatakan bahwa rataan suhu tubuh puyuh
betina dewasa adalah antara 41,8-42,4oC. Suhu lingkungan yang
optimal untuk puyuh fully feathered adalah 24oC dan untuk
anak puyuh (day old quail) adalah 35oC. Kelembapan lingkungan yang
optimal untuk puyuh adalah antara 30%-80%.
Manfaat umum dari puyuh C. japonica yaitu (1) sebagai unggas
penghasil telur dan daging dengan cita rasa yang unik, (2) biaya pemeliharaan
murah yang diasosiasikan dengan ukuran tubuh yang kecil (80 – 300 gram), (3)
memiliki selang generasi yang pendek (3-4 generasi per tahun) sehingga
memungkinkan memiliki generasi yang lebih banyak dalam setahun, (4) tahan
(resisten) terhadap wabah dan penyakit unggas, (5) memiliki produksi telur yang
tinggi, (6) dapat digunakan sebagai hewan percobaan, dan (7) merupakan unggas
dengan ukuran tubuh terkecil yang diternakkan untuk menghasilkan telur dan
daging (Vali, 2008).
BAB III
PEMBAHASAN
Puyuh adalah nama untuk beberapa genera dalam familia
Phasianidae.
Burung ini berukuran menengah. Burung puyuh adalah
unggas daratan yang kecil namun gemuk. Mereka pemakan biji-bijian
namun juga pemakan serangga dan mangsa berukuran kecil lainnya. Mereka bersarang
di permukaan tanah, dan berkemampuan untuk lari dan terbang dengan kecepatan tinggi namun dengan jarak tempuh yang pendek. Beberapa
spesies seperti puyuh jepang adalah migratori dan mampu
terbang untuk jarak yang jauh. Beberapa jenis puyuh diternakkan dalam jumlah
besar. Puyuh jepang diternakkan terutama karena telurnya. Puyuh merupakan
salah satu komoditi unggas sebagai penghasil telur dan daging yang mendukung
ketersediaan protein hewani yang murah serta mudah didapat (Permentan, 2008).
Puyuh yang umum dikembangkan di Indonesia adalah jenis dari puyuh
jepang (Caturnik caturnik japonica). Sesuai dengan pendapat Vali
(2008) yang menyatakan bahwa selain
memiliki perporman yang bagus, puyuh ini juga memiliki daya adaptasi yang baik.
Manfaat umum dari puyuh C. japonica yaitu (1) sebagai unggas penghasil
telur dan daging dengan cita rasa yang unik, (2) biaya pemeliharaan murah yang
diasosiasikan dengan ukuran tubuh yang kecil (80 – 300 gram), (3) memiliki
selang generasi yang pendek (3-4 generasi per tahun) sehingga memungkinkan
memiliki generasi yang lebih banyak dalam setahun, (4) tahan (resisten)
terhadap wabah dan penyakit unggas, (5) memiliki produksi telur yang tinggi,
(6) dapat digunakan sebagai hewan percobaan, dan (7) merupakan unggas dengan
ukuran tubuh terkecil yang diternakkan untuk menghasilkan telur dan daging.
Puyuh unggul
antara lain memiliki ciri dan karakter seperti berikut ini: 1) sehat, lincah,
mata bersinar, tagap; 2) keadaan bulu tertutup sempurna, licin, bulu jarum
sedikit; 3) konformasi/keserasian terlihat normal; 4) tulang dada lunas normal
dengan lengkungan 1/8 inchi; 4) bentuk punggung normal/rata; 5) bentuk
sayap/lengan dan finger rapat dengan badan; 6) fleshing/perdagingan sempurna,
dada padat berisi, panjang dan simetris; 7) shank dan digiti sedikit bersisik;
8) kondisi tubuh mulus tanpa kelainan dan bebas dari sobekan, patah tulang
ataupun memar; 9) lemak bawah kulit terlihat sempurna dan merata. Sedangakan
untuk DOQ (Day Old Quail) harus memenuhi cirri sebagai berikut: sehat, tidak
cacat fisik, kaki dan digiti tidak bengkok; lincah, mata bulat dan bersinar;
kaki kuat dan berdiri dengan tegak; paruh normal; berasal dari bibit induk yang
telah diketahui keunggulannya; bulu kering, dubur dan pusar juga kering; nafsu
makan baik/ aktif mencari makan. Puyuh calon induk memiliki karakteristik
sebagai berikut: sehat, tidak cacat fisik; kepala dan muka halus, sedang (tidak
terlalu besar); mata cerah, jernih bersinar; paruh pendek dan kuat; badan cukup
besar, perut halus dan bila diraba/ditekan terasa empuk; jarak antar tulang
pubis kurang lebih 2 jari orang dewasa; lincah dan tampak semangat; bulu tidak
kusut, tetap tampak mengkilap dan halus; squama (sisik) bagian shank dalam
barisan, ekor tidak bengkok; berasal dari induk berproduksi telur tinggi.
Sifat dan karakteristik pada ternak umumnya,
termasuk burung puyuh antara lain dipengaruhi oleh faktor genetis dan faktor
lingkungan. Hal ini yang menyebabkan adanya perbedaan variasi warna, bobot
tubuh, bentuk paruh, bentuk mata dan bentuk tubuh lainnya pada burung puyuh.
Sesuai dengan pernyataan dari Rezah (2012) yang menyatakan bahwa variasi warna
bulu merupakan karakteristik genetik yang ekspresinya dikontrol oleh beberapa
gen dalam tubuh. Selain itu, faktor lingkungan juga memberikan pengaruh di
dalam pewarisan warna bulu pada puyuh. Seperti yang dikemukakan Noor (1996)
yang menyatakan bahwa faktor genetik dan faktor lingkungan adalah dua faktor
utama di dalam pewarisan sifat-sifat pada ternak.
Bentuk tulang pubis burung puyuh harus memiliki
jarak kurang lebih 2 (dua) jari orang dewasa. Karena bentuk dari tulang pubis
ini kaitannya dengan jumlah produktivitas
ternak itu sendiri. Pembentukan tulang pubis tergantung pada pakan yang
dikonsumsi oleh puyuh. Pakan yang baik untuk pembentukan tualng pubis ini
adalah pakan yang mengandung mineral terutama dalam bentuk phospor. Hal ini
sesuai dengan pendapat Anggorodi (1995), fosfor dibutuhkan dalam jumlah besar
untuk pembentukan tulang. Bila fosfor dalam ransum kurang tersedia, maka fosfor
dalam tulang dirombak melalui proses mobilisasi fosfor dari tulang-tulang
panjang seperti tulang tibia, femur, yang berakibat gangguan pertumbuhan tulang
(Djulardi et al., 2006).
Jenis puyuh unggul di antaranya ada yang berwarna bulu indah, tidak
kalah menariknya dengan burung puyuh hias. Di antara jenis-jenis puyuh unggul
tersebut adalah:
a) Coturnix-cortunix japonica
Puyuh jenis ini dapat menghasilkan telur sebanyak 250-300
butir/ekor/tahun. Kelebihan lainnya adalah suaranya yang cukup keras dan agak
berirama. Hidupnya sering berpindah-pindah tempat. Telurnya berwarna coklat tua, biru, putih dengan dengan bintik
hitam, cokelat ( Permana, 2005).
b) Coturnix chinensis (Blue brested Quail)
Puyuh ini memiliki tubuh sangat mungil, panjangnya hanya 15 cm. Biasa
ditemukan dipadang rumput terbuka, sawah yang baru di panen, semak alang-alang
dan tanah pertanian yang belum di tanami. Hidupnya dalam kelompok-kelompok kecil.
Hidupnya di areal dataran rendah. Makanannya berupa biji-bijian kecil dan
serangga. Telurnya berwarna kuning tua mengkilap dan bertotol-totol hitam (
Syariefa, 2011).
c) Rollulus roulroul (puyuh mahkota)
Badannya bulat dengan panjang mencapai 25 cm. Puyuh ini bentuknya
paling indah jika dibandingkan dengan
puyuh lainnya. Sehingga puyuh ini dapat di pelihara sebagai burung hias. Puyuh
ini hidup di hutan-hutan dan hanya terdapat di daerah seperti Kalimantan,
Sumatera, Malaysia dan Thailand. Unggas ini dapat hidup pada ketinggian 1.200 m
di atas permukaan laut (Nugroho, 1986).
d) Callipepla squamata (Scaled quail)
Unggas ini termasuk berukuran besar, panjangnya mencapai 25-35 cm.
Bermukim di Amerika Utara dan Meksiko. Hidupnya di padang rumput, di daerah
kering dan semi kering. Puyuh ini bisa bertelur sebanyak 9-16 butir pada musim
bertelur. Pakannya terdiri dari 30 % serangga, biji-bijian dan beberapa jenis
sayur-sayuran ( Ensminger, 1992).
Burung puyuh yang dikatakan unggul sekalipun tidak terlepas dari penyakit
yang dan gangguan yang dapat menurunkan kualitasnya. Berikut penjelasan
mengenai berbagai penyakit yang sering menyerang puyuh dan
cara untuk mengendalikan penyakit tersebut.
1. Radang usus (Quail
enteritis)
Penyebab: bakteri
anerobik yang membentuk spora dan menyerang usus, sehingga timbul pearadangan
pada usus. Gejala: puyuh tampak lesu, mata tertutup, bulu kelihatan kusam,
kotoran berair dan mengandung asam urat.
Pengendalian:
memperbaiki tata laksana pemeliharaan, serta memisashkan burung puyuh yang
sehat dari yang telah terinfeksi.
2. Tetelo (NCD/New
Castle Disease)
Gejala: puyuh sulit
bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap
terkulai, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yang spesifik adanya gejala
"tortikolis", yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh.
Pengendalian: (1)
menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, binatang
vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang; (2) pisahkan
ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju steril, serta
melakukan vaksinasi NCD.
3. Berak putih
(Pullorum)
Penyebab: Kuman
Salmonella pullorum dan
merupakan penyakit
menular. Gejala: kotoran berwarna putih, nafsu makan hilang, sesak nafas,
bulu-bulu mengkerut dan sayap lemah menggantung.
Pengendalian: sama
dengan pengendalian penyakit tetelo.
4. Berak darah
(Coccidiosis)
Gejala: tinja berdarah
dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil
kedinginan.
Pengendalian:
(1) menjaga kebersihan
lingkungaan, menjaga litter tetap kering;
(2) dengan Tetra
Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan
dalam air minum atau sulfaqui moxaline, amprolium.
5. Cacar Unggas (Fowl
Pox)
Penyebab: Poxvirus,
menyerang bangsa unggas dari semua umur dan jenis kelamin. Gejala: imbulnya
keropeng-keropeng pada kulit yang tidak berbulu, seperti pial, kaki, mulut dan
farink yang apabila dilepaskan akan mengeluarkan darah.
Pengendalian: vaksin
dipteria dan mengisolasi kandang atau puyuh yang terinfeksi.
6. Quail Bronchitis
Penyebab: Quail
bronchitis virus (adenovirus) yang bersifat sangat menular. Gejala: puyuh
kelihatan lesu, bulu kusam, gemetar, sulit bernafas, batuk dan bersin, mata dan
hidung kadang-kadang mengeluarkan lendir, kadang kepala dan leher agak
terpuntir.
Pengendalian:
pemberian pakan yang bergizi dengan sanitasi yang memadai.
7. Aspergillosis
Penyebab: cendawan,
Aspergillus fumigatus. Gejala: Puyuh mengalami gangguan pernafasan, mata
terbentuk lapisan putih menyerupai keju, mengantuk, nafsu makan berkurang.
Pengendalian:
memperbaiki sanitasi kandang dan lingkungan sekitarnya.
8. Cacingan
Penyebab: sanitasi
yang buruk. Gejala: puyuh tampak kurus, lesu dan lemah. Pengendalian: menjaga
kebersihan kandang dan pemberian pakan yang terjaga kebersihannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Djulardi, A., H. Muis dan S.A., Latif. 2006. Nutrisi Aneka Ternak dan Satwa Harapan.
Andalas University Press. Padang.
Ensminger
M. A. 1992. Poultry Science (Animal
Agricultural Series). 3th Edition. Instate Publisher,
Inc. Danville, Illiones.
Noor, R.R. 1996. Genetika
Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta.
Nugroho,
1986. Beternak Burung Puyuh. Penerbit
Eka Offset. Semarang.
Permana,
D, H. 2005. “Performa
produksi burung puyuh (coturnix coturnic japonica) umur 8-11 minggu pada
perbandingan jantan dan betina yang berbeda”.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rezah, Z. 2012. Warna
Bulu Pada Burung. http://www.rezahzulfikar.blogspot.com (diakses pada tanggal 18 Maret 2013 09.00 WIB).
Syariefa,
Evi, dkk. 2011. Ternak
Puyuh. Trubus Swadaya. Jakarta.
Vali,
follet. 2008. “Circadian
rhythm of melatonin in the pineal gland of the Japanese quail (Coturnix
coturnix japonica)”.
Journal of Endocrinology. Vol 107. No. 324.
Woodard
et al. 1973. “Pengaruh
zeolit dalam ransum puyuh (Coturnix coturnix japonica) terhadap produksi
dan kualitas telur pada periode produksi umur13-19 minggu”. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Casinos Near Harris, MI - Mapyro
BalasHapusMapYRO is a 광주 출장샵 fun and friendly gaming 제천 출장마사지 and live 남원 출장마사지 entertainment destination in MI. Find your way 문경 출장마사지 around the casino, find where everything is 전주 출장샵 located with live