Selasa, 20 Mei 2014

MAKALAH PENILAIAN TERNAK PUYUH



MAKALAH
PENILAIAN TERNAK UNGGAS
“KARAKTERISTIK DAN JENIS-JENIS BURUNG PUYUH UNGGUL”






                                                Nama                                              NIM       
                                             1. Reyzan Agatha                          D1E012084
                                             2. Desi Angunsari                          D1E012032
                                             3. Eni Nur’aeni                              D1E012068
                                             4. Surya Fajar Sidik                       D1E012010
                                             5. Yumina Adnin                          D1E012122
                                             6. Merita                                        D1E012251
                                             7. Reyhan Rashif                           D1E012212
                                             8. Nuraini                                      D1E012338
                                             9. Rayudika APP                          D1F013016


KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PETERNAKAN
PURWOKERTO
2013

BAB I
PENDAHULUAN
I.I LATAR BELAKANG
            Burung Puyuh merupakan hewan peralihan yang semula bersifat liar kemudian diadaptasikan menjadi hewan yang dapat diternakkan. Oleh karena itu,banyak permasalahan yang dihadapi para peternak yang masih baru. Jika peternaktelah menguasai seluk-beluk burung puyuh, setiap permasalahan tentu akan mudah diatasi.
            Pemeliharaan burung puyuh (quail) pada mulanya kurang mendapat perhatian dari para peternak. Tetapi sejak pemerintah merencanakan burung puyuh sebagai salah satu alternatif untuk peningkatan penyediaan protein hewani untuk masyarakat, barulah burung puyuh mulai terangkat namanya. Peternakpun mulai bergairah untuk mengembangkan ternak ini.
Meningkatnya jumlah penduduk yang menyebabkantingginya angka pengangguran menjadikan burung puyuh sebagai salah satu alternatif usaha yang dinilai cukup menguntungkan karena dalam pemeliharaannya tidak dibutuhkan areal yang luas dan pengembalian modalnya relatif cepat dikarenakan burung puyuh dapat mencapai dewasa kelamin sekitar umur 42 hari dengan produksi telur antara 250-300 butir per tahun.
            Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu di lakukan penilaian terhadap ternak unggas, khususnya burung puyuh. Sehingga setelah dilakukan penilaian terhadap burung puyuh tersebut, dapat diketahui bagaimana ciri-ciri ataupun karakteristik dari ternak unggas yang unggul. Dengan demikian,  produksi telur akan meningkat jika mengetahui dan meningkatkan burung puyuh yang unggul.
1.2 Tujuan
a)      Mengetahui karekteristik dari puyuh yang unggul.
b)      Mengetahui jenis-jenis burung puyuh unggul.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
            Puyuh merupakan salah satu komoditi unggas sebagai penghasil telur dan daging yang mendukung ketersediaan protein hewani yang murah serta mudah didapat. Secara ilmiah puyuh dikenal dengan nama Coturnix-coturnix japonica berbeda dengan nama yang umumnya digunakan yaitu Coturnix coturnix . C. japonica pada awalnya disebut burung jepang liar yang ditemukan pada abad ke-delapan di Jepang. Burung puyuh tipe liar memiliki bulu dengan warna dominan coklat cinnamon dan gelap. Akan tetapi, puyuh betina dewasa memiliki bulu dengan warna yang pucat dengan bintik bintik gelap. Berbeda dengan puyuh betina, puyuh jantan dewasa memiliki warna bulu yang gelap dan seragam pada bagian dada dan pipi (Vali, 2008).
            Puyuh merupakan ternak berdarah panas. Woodard et al. (1973) menyatakan bahwa rataan suhu tubuh puyuh betina dewasa adalah antara 41,8-42,4oC. Suhu lingkungan yang optimal untuk puyuh fully feathered adalah 24oC dan untuk anak puyuh (day old quail) adalah 35oC. Kelembapan lingkungan yang optimal untuk puyuh adalah antara 30%-80%.
Manfaat umum dari puyuh C. japonica yaitu (1) sebagai unggas penghasil telur dan daging dengan cita rasa yang unik, (2) biaya pemeliharaan murah yang diasosiasikan dengan ukuran tubuh yang kecil (80 – 300 gram), (3) memiliki selang generasi yang pendek (3-4 generasi per tahun) sehingga memungkinkan memiliki generasi yang lebih banyak dalam setahun, (4) tahan (resisten) terhadap wabah dan penyakit unggas, (5) memiliki produksi telur yang tinggi, (6) dapat digunakan sebagai hewan percobaan, dan (7) merupakan unggas dengan ukuran tubuh terkecil yang diternakkan untuk menghasilkan telur dan daging (Vali, 2008).


BAB III
PEMBAHASAN
Puyuh adalah nama untuk beberapa genera dalam familia Phasianidae. Burung ini berukuran menengah. Burung puyuh adalah unggas daratan yang kecil namun gemuk. Mereka pemakan biji-bijian namun juga pemakan serangga dan mangsa berukuran kecil lainnya. Mereka bersarang di permukaan tanah, dan berkemampuan untuk lari dan terbang dengan kecepatan tinggi namun dengan jarak tempuh yang pendek. Beberapa spesies seperti puyuh jepang adalah migratori dan mampu terbang untuk jarak yang jauh. Beberapa jenis puyuh diternakkan dalam jumlah besar. Puyuh jepang diternakkan terutama karena telurnya. Puyuh merupakan salah satu komoditi unggas sebagai penghasil telur dan daging yang mendukung ketersediaan protein hewani yang murah serta mudah didapat (Permentan, 2008).
Puyuh yang umum dikembangkan di Indonesia adalah jenis dari puyuh jepang (Caturnik caturnik japonica). Sesuai dengan pendapat Vali (2008) yang menyatakan bahwa selain memiliki perporman yang bagus, puyuh ini juga memiliki daya adaptasi yang baik. Manfaat umum dari puyuh C. japonica yaitu (1) sebagai unggas penghasil telur dan daging dengan cita rasa yang unik, (2) biaya pemeliharaan murah yang diasosiasikan dengan ukuran tubuh yang kecil (80 – 300 gram), (3) memiliki selang generasi yang pendek (3-4 generasi per tahun) sehingga memungkinkan memiliki generasi yang lebih banyak dalam setahun, (4) tahan (resisten) terhadap wabah dan penyakit unggas, (5) memiliki produksi telur yang tinggi, (6) dapat digunakan sebagai hewan percobaan, dan (7) merupakan unggas dengan ukuran tubuh terkecil yang diternakkan untuk menghasilkan telur dan daging.
Puyuh unggul antara lain memiliki ciri dan karakter seperti berikut ini: 1) sehat, lincah, mata bersinar, tagap; 2) keadaan bulu tertutup sempurna, licin, bulu jarum sedikit; 3) konformasi/keserasian terlihat normal; 4) tulang dada lunas normal dengan lengkungan 1/8 inchi; 4) bentuk punggung normal/rata; 5) bentuk sayap/lengan dan finger rapat dengan badan; 6) fleshing/perdagingan sempurna, dada padat berisi, panjang dan simetris; 7) shank dan digiti sedikit bersisik; 8) kondisi tubuh mulus tanpa kelainan dan bebas dari sobekan, patah tulang ataupun memar; 9) lemak bawah kulit terlihat sempurna dan merata. Sedangakan untuk DOQ (Day Old Quail) harus memenuhi cirri sebagai berikut: sehat, tidak cacat fisik, kaki dan digiti tidak bengkok; lincah, mata bulat dan bersinar; kaki kuat dan berdiri dengan tegak; paruh normal; berasal dari bibit induk yang telah diketahui keunggulannya; bulu kering, dubur dan pusar juga kering; nafsu makan baik/ aktif mencari makan. Puyuh calon induk memiliki karakteristik sebagai berikut: sehat, tidak cacat fisik; kepala dan muka halus, sedang (tidak terlalu besar); mata cerah, jernih bersinar; paruh pendek dan kuat; badan cukup besar, perut halus dan bila diraba/ditekan terasa empuk; jarak antar tulang pubis kurang lebih 2 jari orang dewasa; lincah dan tampak semangat; bulu tidak kusut, tetap tampak mengkilap dan halus; squama (sisik) bagian shank dalam barisan, ekor tidak bengkok; berasal dari induk berproduksi telur tinggi.
Sifat dan karakteristik pada ternak umumnya, termasuk burung puyuh antara lain dipengaruhi oleh faktor genetis dan faktor lingkungan. Hal ini yang menyebabkan adanya perbedaan variasi warna, bobot tubuh, bentuk paruh, bentuk mata dan bentuk tubuh lainnya pada burung puyuh. Sesuai dengan pernyataan dari Rezah (2012) yang menyatakan bahwa variasi warna bulu merupakan karakteristik genetik yang ekspresinya dikontrol oleh beberapa gen dalam tubuh. Selain itu, faktor lingkungan juga memberikan pengaruh di dalam pewarisan warna bulu pada puyuh. Seperti yang dikemukakan Noor (1996) yang menyatakan bahwa faktor genetik dan faktor lingkungan adalah dua faktor utama di dalam pewarisan sifat-sifat pada ternak.
Bentuk tulang pubis burung puyuh harus memiliki jarak kurang lebih 2 (dua) jari orang dewasa. Karena bentuk dari tulang pubis ini kaitannya dengan jumlah produktivitas  ternak itu sendiri. Pembentukan tulang pubis tergantung pada pakan yang dikonsumsi oleh puyuh. Pakan yang baik untuk pembentukan tualng pubis ini adalah pakan yang mengandung mineral terutama dalam bentuk phospor. Hal ini sesuai dengan pendapat Anggorodi (1995), fosfor dibutuhkan dalam jumlah besar untuk pembentukan tulang. Bila fosfor dalam ransum kurang tersedia, maka fosfor dalam tulang dirombak melalui proses mobilisasi fosfor dari tulang-tulang panjang seperti tulang tibia, femur, yang berakibat gangguan pertumbuhan tulang (Djulardi et al., 2006).
Jenis puyuh unggul di antaranya ada yang berwarna bulu indah, tidak kalah menariknya dengan burung puyuh hias. Di antara jenis-jenis puyuh unggul tersebut adalah:
a)      Coturnix-cortunix japonica
Puyuh jenis ini dapat menghasilkan telur sebanyak 250-300 butir/ekor/tahun. Kelebihan lainnya adalah suaranya yang cukup keras dan agak berirama. Hidupnya sering berpindah-pindah tempat. Telurnya berwarna  coklat tua, biru, putih dengan dengan bintik hitam, cokelat ( Permana, 2005).
b)      Coturnix chinensis (Blue brested Quail)
Puyuh ini memiliki tubuh sangat mungil, panjangnya hanya 15 cm. Biasa ditemukan dipadang rumput terbuka, sawah yang baru di panen, semak alang-alang dan tanah pertanian yang belum di tanami. Hidupnya dalam kelompok-kelompok kecil. Hidupnya di areal dataran rendah. Makanannya berupa biji-bijian kecil dan serangga. Telurnya berwarna kuning tua mengkilap dan bertotol-totol hitam ( Syariefa, 2011).
c)      Rollulus roulroul (puyuh mahkota)
Badannya bulat dengan panjang mencapai 25 cm. Puyuh ini bentuknya paling indah jika dibandingkan  dengan puyuh lainnya. Sehingga puyuh ini dapat di pelihara sebagai burung hias. Puyuh ini hidup di hutan-hutan dan hanya terdapat di daerah seperti Kalimantan, Sumatera, Malaysia dan Thailand. Unggas ini dapat hidup pada ketinggian 1.200 m di atas permukaan laut (Nugroho, 1986).
d)     Callipepla squamata (Scaled quail)
Unggas ini termasuk berukuran besar, panjangnya mencapai 25-35 cm. Bermukim di Amerika Utara dan Meksiko. Hidupnya di padang rumput, di daerah kering dan semi kering. Puyuh ini bisa bertelur sebanyak 9-16 butir pada musim bertelur. Pakannya terdiri dari 30 % serangga, biji-bijian dan beberapa jenis sayur-sayuran ( Ensminger, 1992).
Burung puyuh yang dikatakan unggul sekalipun tidak terlepas dari penyakit yang dan gangguan yang dapat menurunkan kualitasnya. Berikut penjelasan mengenai berbagai penyakit yang sering menyerang puyuh dan cara untuk mengendalikan penyakit tersebut.
1. Radang usus (Quail enteritis)
Penyebab: bakteri anerobik yang membentuk spora dan menyerang usus, sehingga timbul pearadangan pada usus. Gejala: puyuh tampak lesu, mata tertutup, bulu kelihatan kusam, kotoran berair dan mengandung asam urat.
Pengendalian: memperbaiki tata laksana pemeliharaan, serta memisashkan burung puyuh yang sehat dari yang telah terinfeksi.
2. Tetelo (NCD/New Castle Disease)
Gejala: puyuh sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulai, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yang spesifik adanya gejala "tortikolis", yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh.
Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang; (2) pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju steril, serta melakukan vaksinasi NCD.
3. Berak putih (Pullorum)
Penyebab: Kuman Salmonella pullorum dan
merupakan penyakit menular. Gejala: kotoran berwarna putih, nafsu makan hilang, sesak nafas, bulu-bulu mengkerut dan sayap lemah menggantung.
Pengendalian: sama dengan pengendalian penyakit tetelo.
4. Berak darah (Coccidiosis)
Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan.
Pengendalian:
(1) menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering;
(2) dengan Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air minum atau sulfaqui moxaline, amprolium.
5. Cacar Unggas (Fowl Pox)
Penyebab: Poxvirus, menyerang bangsa unggas dari semua umur dan jenis kelamin. Gejala: imbulnya keropeng-keropeng pada kulit yang tidak berbulu, seperti pial, kaki, mulut dan farink yang apabila dilepaskan akan mengeluarkan darah.
Pengendalian: vaksin dipteria dan mengisolasi kandang atau puyuh yang terinfeksi.
6. Quail Bronchitis
Penyebab: Quail bronchitis virus (adenovirus) yang bersifat sangat menular. Gejala: puyuh kelihatan lesu, bulu kusam, gemetar, sulit bernafas, batuk dan bersin, mata dan hidung kadang-kadang mengeluarkan lendir, kadang kepala dan leher agak terpuntir.
Pengendalian: pemberian pakan yang bergizi dengan sanitasi yang memadai.
7. Aspergillosis
Penyebab: cendawan, Aspergillus fumigatus. Gejala: Puyuh mengalami gangguan pernafasan, mata terbentuk lapisan putih menyerupai keju, mengantuk, nafsu makan berkurang.
Pengendalian: memperbaiki sanitasi kandang dan lingkungan sekitarnya.
8. Cacingan
Penyebab: sanitasi yang buruk. Gejala: puyuh tampak kurus, lesu dan lemah. Pengendalian: menjaga kebersihan kandang dan pemberian pakan yang terjaga kebersihannya.






















DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Djulardi, A., H. Muis dan S.A., Latif. 2006. Nutrisi Aneka Ternak dan Satwa Harapan. Andalas University Press. Padang.
Ensminger M. A. 1992. Poultry Science (Animal Agricultural Series). 3th Edition. Instate Publisher, Inc. Danville, Illiones.
Noor, R.R. 1996. Genetika Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta.
Nugroho, 1986. Beternak Burung Puyuh. Penerbit Eka Offset. Semarang.
Permana, D, H. 2005. Performa produksi burung puyuh (coturnix coturnic japonica) umur 8-11 minggu pada perbandingan jantan dan betina yang berbeda. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rezah, Z. 2012. Warna Bulu Pada Burung. http://www.rezahzulfikar.blogspot.com (diakses pada tanggal 18 Maret 2013 09.00 WIB).
Syariefa, Evi, dkk. 2011. Ternak Puyuh. Trubus Swadaya. Jakarta.
Vali, follet. 2008. Circadian rhythm of melatonin in the pineal gland of the Japanese quail (Coturnix coturnix japonica). Journal of Endocrinology.  Vol 107. No. 324.
Woodard et al. 1973. Pengaruh zeolit dalam ransum puyuh (Coturnix coturnix japonica) terhadap produksi dan kualitas telur pada periode produksi umur13-19 minggu. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

1 komentar:

  1. Casinos Near Harris, MI - Mapyro
    MapYRO is a 광주 출장샵 fun and friendly gaming 제천 출장마사지 and live 남원 출장마사지 entertainment destination in MI. Find your way 문경 출장마사지 around the casino, find where everything is 전주 출장샵 located with live

    BalasHapus