Selasa, 20 Mei 2014

MAKALAH TUGAS TERSTRUKTUR PASCAPANEN




TUGAS TERSTRUKTUR ILMU PASCAPANEN PETERNAKAN
MAKALAH
PASCAPANEN AYAM PEDAGING





Disusun oleh :
ENI NUR’AENI                               D1E012068
PELITA                                             D1E012067
UMI FADILAH                                D1E012013
AMALIA IMAMATUL ALAM     D1E012052
DEDE MASOPAH                           D1E012031


LABORATORIUM TEKNOLOGI DAN HASIL TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2013








KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PASCAPANEN AYAM PEDAGING”.
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugasterstruktur mata kuliah Ilmu Pascapanen Peternakan dan tersusunnya makalah ini berkat bimbingan, petunjuk, dan nasihat dari dosen pengampu yang telah mengajari penulis tentang hal yang berkaitan dengan Pascapanen Daging.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan semoga makalah ini dapat bermanfaat.


Purwokerto,Oktober 2013


                                                                                             Penulis








logo unsoed 3.pngDAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………......i
DAFTAR ISI…….………………………………………………………………..ii
I PENDAHULUAN………………………………………………….…………..1
1.1  Latar Belakang………………………………………………………...1
1.2  Rumusan Masalah……………………………………………………..2
1.3  Tujuan…………………………………………………………………2
1.4  Manfaat………………………………………………………………..3
II. PEMBAHASAN…………...………………………………………………….3
III. PENUTUP.......………………………………………………………............7
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….......iii
  








I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usaha ayam ras pedaging kini telah menjamur di kalangan para peternak Indonesia, seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan protein hewani dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Usaha ayam ras pedaging ini memang berkembang relatif cepat sejak taun 2004 sampai sekarang ini, karena sebagian usaha ayam ras pedaging didukung oleh pengusaha kemitraan (inti). Berbagai keunggulan menjadi peternak ras pedaging adalah masa produksi yang relatif pendek yaitu sekitar 33-35 hari, produktivitasnya tinggi, harga yang relatif murah dan permintaan yang kian meningkat. Beberapa faktor pendukung usaha budidaya ayam ras pedaging masih dapat terus dikembangkan antara lain karena permintaan domestik terhadap ayam ras pedaging yang terus meningkat. Pertambahan permintaan dapat terjadi karena pertambahan pendapatan perkapita, pertambahan penduduk dan peningkatan kesadaran gizi. Peningkatan permintaan juga terjadi sewaktu-waktu disebabkan karena lonjakan permintaan yang terjadi pada hari-hari besar (lebaran, natal ataupun tahun baru).
Pola usaha ayam ras pedaging dapat dilaksanakan dengan pola mandiri dan pola kemitraan, peternak mandiri prinsipnya menyediakan seluruh input produksi dari modal sendiri dan bebas memasarkan produknya. Ada berbagai alasan, mengapa para peternak ayam ras pedaging tetap mengelola secara mandiri peternakannya, alasan yang paling mendasar adalah karena ayam ras pedaging mudah dalam hal pemeliharaanya, waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan pengembalian modal yang relatif cepat. Namun demikian, adapula berbagai hal yang menjadi kendala yaitu : 1). Kurangnya sarana produksi 2). Management pemeliharaan/ pengetahuan peternak yang kurang 3). Kurangnya pendistribusian output yang maksimal.Pola kemitraan usaha peternakan ayam ras pedaging yang dilakukan dengan pola inti plasma, yaitu kemitraan antara ternak mitra dengan perusahaan mitra. Pada pola kemitraan inti plasma perusahaan mitra menyediakan DOC, pakan, obat-obatan/vitamin, serta memasarkan hasil, sedangkan plasma menyediakan kandang dan tenaga kerja.
Prakteknya dalam dunia peternakan penyediaan budidaya usaha ayam ras pedaging juga dilengkapi dengan adanya RPA/RPU. Untuk membangun RPA diperlukan persyaratan lokasi dan tersedianya sarana yang cukup memadai. Serta untuk mengahasilkan karkas ayam yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh, Halal) di butuhkan tempat dan peralatan yang bersih, sehat dengan proses pemotongan yang halal. Namun demikian, karena kurangnya lahan yang cukup dalm pembangunan RPA, sehingga banyak RPA yang melakukan proses pemotongan ayam dalam satu ruangan yaitu tempat penyembelihan bersatu dengan pencabutan bulu, pencucian karkas, pengeluaran jeroan, dan proses-proses lain.Akibatnya keamanan karkas tidak terjamin dan banyak ditemukan kontamin pada karkas ayam, baik kontamin fisik, kimiawi ataupun mikroorganisme khususnya bakteri.
Berbagai hal diatas dapat diatasi apabila kita telah mengetahui bagaimana penanganan pascapanen terhadap ayam broiler.Mulai dari penanganan setelah dipanen maupun penanganan saat dan setelah pemotongan.Sehingga sertifikasi makanan ASUH dapat benar-benar diterapkan pada semua masyarakat yang terbiasa mengkonsumsi daging maupun yang belum terbiasa.Penanganan pascapanen pada ayam broiler tidak hanya dilakukan dengan perlakuan pasca pemotongan saja (setelah dipanen), tetapi yang paling penting adalah penangan saat dilakukan pemotongan. Karena kualitas suatu karkas akan baik atau tidak tercermin pada pola pemotongan di suatu RPA (rumah pemotongan ayam)
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1.      Bagaimana penanganan pascapanen terhadap ayam ras pedaging
2.      Perlakuan apa saja yang diberikan untuk mempertahankan kualitas daging
3.      Seperti apa cara RPA dalam memperpanjang massa simpan daging
4.      Bagaimana cara menjaga keamanan produk pasca pemotongan
1.3 Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah :
1.      Melengkapi tugas terstruktur mata kuliah ILMU PASCAPANEN PETERNAKAN.
2.      Meningkatkan pengetahuan mengenai penanganan pascapanen ayam ras pedaging.
3.      Meningkatkan pengetahuan tentang cara mempertahankan kualitas, memperpanjang massa simpan dan menjaga keamanan produk pasca pemotongan ayam ras pedaging.
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dalam penyusunan makalah ini dalah :
1.      Menambah pengetahuan mengenai penanganan pascapanen ayam ras pedaging.
2.      Mengetahui kriteria ayam yang dikategorikan ASUH (Aman, Sehat, Utuh, Halal).




II. PEMBAHASAN
Rumah Pemotongan Ayam (RPA) merupakan salah satu industri peternakan dimana dilakukan pemotongan ayam hidup dan mengolah menjadi karkas ayam siap konsumsi.Pemotongan ayam masih dilakukan secara sederhana di rumah pemotongan ayam (RPA), sehingga mutu karkas yang dihasilkan masih kurang bagus. Namun karena manusia merupakan subyek dan obyek dari proses pembangunan di Indonesia. Maka peningkatan sumber daya manusia (SDM) dilakukan guna memperoleh hasil yang diharapkan. Peningkatan SDM ini salah satu caranya adalah dengan memenuhi kebutuhan gizi manusia itu sendiri, termasuk pemenuhan akan kebutuhan protein hariannya. Sehingga kualitas karkas tidak menjadi prioritas, yang terpenting adalah kandungan protein yang ada di dalamnya. Salah satu sumber protein adalah protein hewani yang mengandung asam amino yang mendekati susunan asam amino yang dibutuhkan manusia, sehingga akan lebih mudah dicerna dan lebih efisien pemanfaatannya (Sjamsul Bahri, 2002).
Ayam merupakan hewan ternak yang menopang kebutuhan pangan masyarakat Indonesia khususnya.Pada umumnya ada dua teknik pemotongan ayam, yaitu langsung dan tidak langsung.Pemotongan secara langsung (tradisional) dilakukan setelah ayam dinyatakan sehat, ayam disembelih pada bagian lehernya.Sedangkan pemotongan ayam secara tidak langsung biasanya dilakukan pada industri besar. Pemotongan tersebut sebelumnya dilakukan proses pemingsanan terlebih dahulu kemudian ayam baru dipotong. Proses pemingsanan tersebut bertujuan untuk mempermudah pemotongan dan ayam tidak tersiksa. Teknik pemotongan ayam baik adalah dengan cara pemingsanan, karena dengan cara tersebut kualitas kulit dan karkas lebih baik dibandingkan dengan pemotongan langsung. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penyembelihan ayam adalah harus sehat, tidak dalam keadaan lelah, tidak produktif atau bukan bibit (Soeparno,1994)
Hasil survey yang dilakukan di Rumah Potong Ayam (RPA) Rubung, daerah pasar wage Purwokerto. Diketahui bahwa ayam ras pedaging yang ada di RPA tersebut dipotong dengan cara tradisional, yaitu dengan cara disembelih bagian lehernya dan kemudian dimasukan ke dalam drum besar, lalu panci besar berisi air panas agar bulunya mudah untuk dirontokan, kemudian masuk kea lat perontok bulu (berupa panci besi mesin yang besar besar yang didalamnya berisi banyak karet mentah yang menonjol ke dalam, alat ini sudah didesain sedemikian rupa sehingga ayam yang masuk ke dalamnya akan mengalami perontokan bulu begitu saja). RPA ini menerima jasa pemotongan ayam dari siapapun.Ayam ras pedaging yang ada di RPA tersebut paling banyak berasal dari kemitraan yang ada di daerah Purwokerto dan sekitarnya.Dalam satu hari RPA Rubung dapat menjual minimal 2 kuintal daging ayam kepada konsumennya yang berada di berbagai daerah. Meskipun telah dibahas bahwa karkas yang baik adalah hasil pemotongan dengan cara tidak langsung. Namun ini tidak dapat mengurungkan niat para konsumen RPA Rubung untuk tidak membeli daging ayam disini.
Hasil pengkelasan karkas dengan metode SNI 1998 menunjukan bahwa karkas yang memiliki mutu I sekitar 51.85-66.45 %, mutu II antara 27.97-43.02 %, dan mutu III antara 5.13-10.17 %.Sedangkan pencabutan bulu dengan tangan menghasilkan mutu I 50.75-58.91 %, mutu II 23.63-40.45 %, dan mutu III 7.76-11.25 %.Pemotongan ayam dengan dimasukan ke dalam corong dan pencabutan bulu dengan tangan menghasilkan persentase mutu karkas terbaik sebesar 66.67 %.Sesuai dengan literatur tersebut maka kualitas karkas di RPA Rubung termasuk ke dalam mutu karkas terbaik, karena ayam terlebih dahulu dimasukan ke dalam alat perontok bulu, kemudian bulu yang masih tersedia dibersihkan dengan tangan. Sehingga komposisi karkas tidak ada yang rusak sama sekali dan karkas masih dalam kondisi yang bagus.
Rumah Potong Ayam (RPA) yang berdiri dari tahun 1990 sampai sekrang ini merupakan milik pribadi Pak Agung yang juga selaku pengelola di RPA ini.Bermodalkan kegagalan dalam beternak ayam pedaging, kini usaha Rumah Potong Ayam (RPA) Rubung ini menunjukan kemajuan yang cukup pesat.Dibantu oleh 10 orang pegawai, Pak Agung dapat melayani konsumen dengan pemesanan yang tinggi (seperti untuk kebutuhan hotel, hajatan, rumah makan dan lain-lain) dan juga pemesanan yang rendah (pesanan perseorangan).Rumah Potong Ayam ini memulai aktifitasnya mulai dari pukul tujuh pagi dan selesai sekitar pukul lima sore.
Urutan pemotongan dimulai dari pemilihan ayam yang diinginkan konsumen berdasarkan bobot badan ayam, penyembelihan, pengeluaran darah, penyimpanan dalam drum beberapa menit dan dipastikan ayam sudah mati ketika proses perontokan bulu dalam mesin, pemisahan jeroan, pembersihan dan yang terakhir pemotongan daging. Setelah itu kemudian karkas daging ayam siap untuk diberikan kepada konsumen. Rata-rata umur ayam ras pedaging yang diminati oleh konsumen berumur sekitar 3.2 sampai 3.5 bulan, dengan bobot rata-rata 2 sampai 3 kilogram.Tidak satupun dari bagian ayam yang terbuang sia-sia., karena jeroan ayam masih bisa dijual untuk kebutuhan rumah makan dan diberikan jika memang konsumen memintanya.Bulu ayam yang sudah menjadi limbah pun, masih bisa dijual kepada pembudidaya ikan lele.Karena bulu ayam kandungan nutrisinya cukup baik untuk ternak lele.
Ayam ras pedaging yang diperoleh oleh pemilik Rumah Potong Hewan ini adalah ayam dari peternakan yang dikelola oleh kemitraan yang ia ikuti. Ayam pedaging yang telah dipelihara selama kurang lebih 6-7 minggu (sudah masuk masa panen) ini didatangkan langsung ke RPA oleh pihak kemitraan.Tidak hanya ayam yang terlihat sehat saja yang bisa bermanfaat, tetapi ayam yang telah dalam kondisi lemah pun masih dapat dimanfaatkan.Hanya saja tidak boleh dibiarkan dalam waktu yang lama, selain berbahaya terhadap ayam ras pedaging yang lain, jugadapat berpengaruh pada kualitas karkas pasca pemotongan. Biasanya ternak yang kondisinya sudah tidak stabil lagi, ternak tersebut akan segera dipotong kemudian dimasukkan ke dalam freezer untuk mempertahankan kualitas karkas dan untuk mengawetkan karkas tersebut agar komposisinya tidak terlalu banyak berubah.
Perlakuan yang diberikan di RPA Rubung ketika ayam yang telah dipanen datang yaitu: 1) ayam dilepaskan dari box dan dibiarkan dikandang semi intensif, dengan tujuan agar ayam tersebut tidak stress setelah perjalanan 2) selama ayam belum dipotong, ayam diberi pakan dan air agar berat dagingnya tidak menurun 3) ayam diberi multivitamin setiap pukul tujuh malam agar ayam tersebut tetap sehat dan utuh. Sementara pasca pemotongan perlakuan yang diberikan sama halnya dengan RPA yang lain, yaitu membungkus daging ayam dengan plastik. Harapannya yaitu, agar tidak ada mikroorganisme yang dapat merusak dan membusukan daging tersebut. Mencuci daging ayam dengan air bersih (air PAM) dan selalu mengalir, dengan tujuan agar daging tersebut tampak bersih dan segar.Kandang di RPA Rubung berbentuk sederhana dan bertempat disebelah tempat pemotongan ayamnya. Kandang disini menggunakan lantai kandang sistem litter yang berupa lantai semen yang dipadatkan kemudian diatasnya ditaburkan sekam padi.
Pemberian vitamin pada ayam broiler di RPA Rubung, terfokuskan pada pada pemberian vita stress. Hal ini dilakukan agar ayam tidak mengalami stress akibat perubahan cuaca, pindah kandang dan setelah perjalanan jauh serta dengan kondisi RPA yang selalu ramai akan konsumen. Sedangkan untuk ayam yang memiliki bobot badan dibawah rata-rata, vitamin yang diberikan adalah yang dapat menambah nafsu makan ayan tersebut sehingga bobot badan akan meningkat saat hendak dipotong. Vitamin yang diberikan dalam hal ini seperti neobro atau broiler vita. Pemberian vitamin sendiri diberikan dengan cara pencampuran pada air minum atau pada ransum ayam. Ransum untuk ayam yang berumur lebih dari 4 minggu adalah ransum finisher, yang memiliki kandungan protein 19-20 %.
Kerusakan karkas selama penanganan/pemotongan ayam mencapai 10-20 % (Abubakar et al., 1992). Kerusakan terbesar (90 %) disebabkan adanya memar-memar yang terjadi 1-13 jam sebelum pemotongan dan 38 % terdapat pada bagian dada dan paha (USDA, 1973;Zweighert, 1981). Penyebab memar antara lain adalah terlalu padatnya penempatan ayam, perlakuan kasar saat pengangkutan/pemotongan, iritasi dan cryst pada dada, faktor genetic, penyumbatan pembuluh darah, freezer burn, darkened bones, dan black melamin (Ensminger, 1998). Literatur tersebut sesuai dengan hasil pengamatan, karena jika saat pemotongan diberikan perlakuan kasar pada ayam broiler maka akan terlihat warna kusam pada bagian dada. Warna tersebut seperti luka memar yang menyebabkan penampilan karkas menjadi kurang cantik.
     Proses pemotongan yang terjadi di RPA Rubung sendiri dilakukan dengan cara yang normal tanpa adanya perlakuan kasar. Sehingga karkas yang dijual pun kondisinya masih baik dan layak untuk dijual.Selain adanya memar pada bagian daging tertentu, penyusutan bobot pada karkas ayam pun sering terjadi di berbagai RPA. Oleh karena di RPA Rubung diberlakukan sistem untuk menimbang terlebih dahulu ayam yang akan dipotong. Hal ini dilakukan agar tidak ada konsumen yang memprotes pihak RPA ketika terjadi perbadaan bobot badan sebelum dan sesudah dipotong.Saat penimbangan pun konsumen dapat menyaksikan sendiri dan bahkan menimbang sendiri ayam yang hendak dibelinya.Metode pangawetan yang dilakukan di RPA Rubung untuk mempertahankan kualitas karkas pasca pemotongan sendiri terbilang masing sederhana. Karkas disimpan di dalam freezer dan proses penyimpanan hanya satu hari, sehingga hari esoknya karkas langsung dijual. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kepuasan pelanggan dan untuk menghindari kerugian, karena konsumen tidak akan membeli karkas dengan kualitas yang buruk.














III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
     Penulisan makalah ini dapat diambil kesimpulan bahwa:
1.      RPA (rumah potong ayam) merupakan tempat melakuakan pemotongan ayam hingga menjadi karkas.
2.      Penanganan pascapanen di RPA Rubung dilakukan mulai dari ayam broiler datang, saat proses pemotongan dan pasca pemotomgam dan perlakuan untuk mengawetkan (mempertahankan kualitas karkas).
3.      Proses pemotongan dimulai dari pemilihan ayam yang diinginkan konsumen berdasarkan bobot badan ayam, penyembelihan, pengeluaran darah, penyimpanan dalam drum beberapa menit dan dipastikan ayam sudah mati ketika proses perontokan bulu dalam mesin, pemisahan jeroan, pembersihan dan yang terakhir pemotongan daging.
4.      Nilai untuk karkas yang paling baik adalah yang proses pemotongannya dilakukan dengan perpaduan tradisional dan modern, sehingga kualitas karkas tidak menurun.
5.      Penanganan pascapanen untuk ayam broiler dilakukan mulai dari ayam yang telah dipanen sampai ayam selesai dipotong, karena penangan yang salah akan mengakibatkan kerusakan pada karkas.











DAFTAR PUSTAKA
Abubakar. 2003. “Mutu Karkas Ayam Hasil Pemotongan Tradisional dan   Penerapan Sistem Hazard Analisis Critical Control Point”. Jurnal Litbang          Pertanian, volume 22 nomor 61.
Esminger. 1998. Poultry Science. The Interstate Printer and Publisher. Denvile. p   10-11.
Sjamsul, Bahri. 2002. “Peningkatan Mutu SMD Melalui Pemenuhan Gizi    Masyarakat”. Jurnal Penelitian.
Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah University Press.       Yogyakarta.
Standar Nasional Indonesia. 1998. KumpulanStandar Nasional Indonesia   (Subsektor Peternakan Jilid I). Ditjen Peternkan. Jakarta.
USDA. 1973. Standar For Quality and Grades. Poultry Grading and Inspection    Agricultural Marketing. Definition and Illustration of US. Washington    DC, p 9-10.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar